Terimakasih Guruku

Pagi ini aku datang ke sekolah anakku Nahla di MTSN Salatiga. Nahla adalah anakku yang kedua. Baru pertama kali ini ia  menginjakkan kaki ke sekolah tercintanya setelah dinyatakan belajar di rumah sejak 8 Maret lalu. Keadaan sepi karena memang belum ada aturan sekolah masuk kembali. Apalagi Salatiga masih zona merah pekat.

Ketika nahla masuk ke ruang perpustakaan MTSN untuk mengembalikan buku, aku menunggu sambil melihat-lihat sekeliling lingkungan MTSN. Alhamdulillah bersih juga keadaannya. Akhirnya kusempatkan duduk di teras depan kantin dan tiba - tiba terdengar sebuah lagu yang membuat hati ini tersayat-sayat  Ya...perasaan yang membawaku mengingatkan kembali masa-masa aku mengajar kelas 6 tahun pealjaran 2007-2008 di SD Muhammadiyah Plus Salatiga. Masa tahun 2014-2015 dan tahun 2018-2019 di MI Mangunsari Salatiga.

Menjadi guru kelas 6 tidaklah mudah. Penuh perjuangan hanya untuk.meraih  tiga angka dari 3 mata pelajaran. BHs Indonesia, IPA, Matematika. Kadang aku berfikir apa benar kelulusan atau bahkan kecerdasan hanya diraih dengan nilai dari tiga mata pelajaran iru?  Apa yang kami perjuangkan selama 5 tahun di SD/ MI ujung-ujungnyya  hanya untuk berlomba-lomva meraih rangking dari rata-rata ketiga mapel itu, baik dari tingkat kelas, sekolah, kecamatan, kota, propinsi, bahkan nasional.  Ya...bukan hanya rangking. Ironisnya lagi syarat tes masuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi diukur dari rata-rata nilai tiga mapel.

Ketika rnenjadi guru kelas 6 kadang hati ini bergejolak, kenapa sistem kelulusan masih seperti itu?  Ingin rasanya memberontak tapi tidak mungkin karena hal ini sudah menjadikan sistem di ranah pendidikan kita. Aku adalah bagian terkecil dari pelaksana pendidikan di negeri ini, tentu saja tidak bisa berbuat apa-apa. 

Teori dari Howard Gordner yang menjadikan misi MI kami bahwa semua anak cerdas sesuai dengan bidangnyapun terhambat dengan sistem ini. K13 yang didengung-dengungkan dengan  karakternya sebagai acuan utama untuk anak SD / MI pun menjadikan pijakan itu hampir lepas dengan masih adanya sistem UN. 

Namun apa boleh buat jika aku tidak melatih anak didikku untuk mengejar hasil UN, berarti aku juga ikut andil dalam membuat keterpurukan dalam hal memilih sekolah yang lebih tinggi.  Dengan model pembelajaran yang bervariasi aku niatkan untuk menolong anak didikku agar sukses masuk di sekolah yang diinginkannya. 

Tiap hari aku terapkan sarapan pagi dengan memasang soal maksimal 3 soal di papan tulis depan kelas. Ternyata hal ini memacu anak-anak untuk datang lebih pagi agar bisa mengumpulkan tugas dengan predikat siwa tercepat dalam pengumpulan tugas.Ya..aku teringat ketika ada anak yang tercepat dan nilai tertinggi pasti aku beri hadiah dan nilai point. 

Sarapan pagi model ini ternyata sangat banyak membantu penguasaan materi UN dengan tidak terasa.  Mereka mengerjakan dengan enjoy tanpa paksaan karena pengerjaannnya di luar jam pelajaran sehingga terkesan santai. Namun hal ini membutuhkan waktu buat guru karena anak-anak sudah pulang semua, baru soal itu ditempel di papan. 

Model individual juga aku terapkan terutama mapel matematika.Aku membuat soal dengan jenjang atau level. Bagi anak yang cerdas matematika otomatis levelnya lebih tinggi dari teman-temannya, walaupun semua berangkat dari level pertama.Ternyata model level ini juga memotivasi siswa untuk bisa mengerjakan tanpa melihat jawaban dari temannya karena level dan soal berbeda. Mereka semangat untuk bisa dan akhirnya berani bertanya pada gurunya. 

Model anjang sana juga kami terapkan dalam sistem belajar di kekas 6. Kami mempunyai prinsip bahwa belajar tudak hanya dibatasi dengan dinsing2 kelas namun lebih luas dari itu. Tiap hari Kamis kami sempatkan untyk belajar di luar sekolah. Kami berkeliling dari masjid ke masjid. Mengapa kami lakukan itu? Salah satunya untuk mudah mengingat suatu materi pelajaran dusamping menghilangkan kejenuhan dalam belajar. 

Anak akan lebih mengingat suatu pelajaran dengan bebarengan mengingat tempat dimana ia belajar. Satu contoh, ketika diajarkan energi cahaya anak akan mudah mengingatnya dengan dia mengingat tempat dimana dijarakan energi cahaya itu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENCIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH

MENULIS CEPAT DAN TEPAT

AKU KANGEN KAMU SAYANG