TERBITKAN BUKU, CATATKAN SEJARAH


 TERBITKAN BUKU, CATATKAN SEJARAH



Siapa yang tidak ingin dikenang dan dikenal melalui sejarah. Tentu saja setiap manusia ingin dikenal dan di kenang melalui sejarah. Kalau pepatah mengatakan harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Lantas manusia mati meninggalkan apa? Ya..manusia mati meinggalkan tulisan. Tulisan adalah salah satu cara manusia untuk meninggalkan sejarah. Menulis buku adalah menuliskan sejarah.  Jejak yang ditinggalkan oleh manusia adalah sebuah buku.

Tapi permasalahannya adalah kita mau membuat buku atau menerbitkan buku. Setiap orang dapat membuat buku namun belum tentu menerbitkan buku.  Memang,  sekarang banyak yang menerbitkan buku secara mandiri dan itu lebih mudah. Namun yang menjadi masalah adalah menerbitkan buku di penerbit besar adalah merupakan akibat konsistensi dalam menulis. Tidak semua orang dengan mudah tulisannya dilirik oleh penerbit besar. Maka jadikan niat agar diterbikan di penerbit mayor adalah sebagai tantangan jangan fokus menjaadi tujuan. Bangunlah tujuan menulis adalah karena ingin menuangkan ide kepada pembaca, dengan terus menerus melatih diri dalam menulis.

Hadirnya pembaca adalah hal terpenting bagi seorang penulis. Semakin banyak yang hadir dalam tulisan kita, maka tulisan kita semakin bermanfaat. Jika tulisan kita bagus dan bisa menjawab permasalahan di masyarakat tentu saja jangan pesimis kalau tulisan itu bisa diterbitkan di penerbit mayor. Tulisan yang ingin diterbitkan untuk saat ini mudah dan banyak caranya. Lantas, bagaimana memulai untuk menghasilkan karya yang memberi manfaat bagi para pembaca?

Farrah Dina,M.Sc adalah Founding Tangga Edu dan masih muda belia yang saat ini dihadirkan om Jay sebagai pemateri dalam kuliah menulis di group WA, dengan tema Terbitkan Buku, catatkan Sejarah. Beliau lahir pada tahun 1980 dengan segudang prestasi.  Menurut Farrah Dina, ada 4 langkah untuk menerbitkan buku:

1.     Renjana
Renjana disebut juga dengan “passion” dalam bahasa Indonesia, yang berarti sesuatu yang menarik perhatian kita, menjadi pemikiran kita,dan apabila kita melakukannya kita akan merasa mudah, nyaman, dan menyenangkan.

Dalam menulis harus diawali dengan Renjana, karena ketika menulis didasari dengan renjana , maka tulisan itu akan cepat selesai dan hasilnyapun berkualitas. Ide akan mengaliir dengan mudah ketika kita menulis dari apa yang kita sukai dan kuasai. Sebagai contoh, ketika kita senang membaca novel maka tulislah novel sebagai cerita fiksi, namun ketika kita senang dengan data-data hasil penelitian maka tulislah jenis cerita non fiksi.

2.     Rutin
Bukan hanya rutin menulis tapi yang lebih penting adalah rutin membaca. Maka ketika kita rutin membaca otak kita akan ter frame termotivasi untuk menulis, dan memunculkan ide-ide baru dalam menulis. Disamping itu tentu saja akan banyak kosa kata untuk kita tuangkan dalam tulisan. Ada yang menulis dengan menyiapkan waktu dan tempat khusus untuk menulis. Selain itu ada juga cara memunculkan ide-ide baru melalui perjalanan, dengan menggunakan media recorder, gunakan bank-bank cerita dengan detail, bukan hanya menuliskan apa yang kita amati, namun juga bisa mendiskripsikan emosi atau perasaan kita. Sehingga kapanpun kita mau menuliskannya kita tinggal merecallnya lagi dengan mudah.

Penulis hebat selalu memiliki waktu dan tempat khusus untuk menulis, sehingga bterframe dalam otaknya, jika mereka berada diwaktu dan tempat yang sama maka itulah waktu untuk menuangkan tulisannya.

Dimanapun, orang yang memendam akan kalah dengan orang yang mengungkapkan, orang yang menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan

3.     Review
Pada saat menulis tidak perlu dibaca, tulis saja apa yang dipikirkan. Setelah selesai menulis baru direview. Misalnya menentukan tokoh, detail alur berfikir dan lainnya. Kegiatan review adalah kegiatan yang paling lama dalam menulis. Review bukan hanya dilakukan oleh diri sendiri akan tetapi mita orang lain untuk mereview.

4.     Ruang Bagi Pembaca
Memberi ruang untuk pembaca tujuannya untuk mereview buku yang kita tulis. Misalnya buku anak-anak maka pembaca yang dituju adalah anak-anak. Bukan hanya komentar positifyang diharapkan namun umpan balik negatif dari hasil bacaan.
Mengapa penting ruang pembqaca? Karena penulis tidak akan berarti ketika tidak ada pembaca. Dari pembaca kita akan tahu kekurangan yang kita buatOleh karena itu maka share tulisan yang kita buat bisa lewat sosial media, anak, atau teman kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ppkn kelas 6 semester 2

AKU KANGEN KAMU SAYANG