MENULIS OPINI DI REPUBLIKA


PENGALAMAN MENULIS OPINI DAN HIKMAH DI REPUBLIKA
Menulis opini ternyata tidak hanya menulis pendapat dan merangkai kata. Tetapi , menulis opini bertujuan menyebarluaskan gagasan dan ilmu pengetahuan. Opini juga berisi riset atau penguat argumentasi penulis. Biasanya menulis opini itu diutamakan sesuai dengan bidang yang dikuasai penulisnya sehingga dapat diakui oleh masyarakat pembacanya.

Seperti jenis tulisan lainnya, menulis opini tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun untuk menjadi penulis opini yang kompeten tentu saja harus banyak belajar dan latihan.

Nah.. pada kesempatan ini Kamis, 14 Mei 2020 bertepatan dengan 21 Romadlon, Om Jay telah mendatangkan nara sumber hebat Bapak Asep Supa’at, untuk berbagi pengalaman beliau tentang menulis opini dan hikmah di Republika.
Pelatihan menulis diawali dengan ucapan salam dan perkenalan diri  dari bapak Asep. ”Nama saya Asep Sapa'at, tubuh sehat, jiwa kuat, cita-cita ingin jadi orang bermanfaat”tulisnya. Beliaupun melanjutkan kalimatnya “Dengan semangat untuk saling belajar, saya ingin sharing tentang pengalaman menulis di rubrik opini dan hikmah Republika”.
Pertama, beliau awali dengan penjelasan tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa, serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.
Sebelum beliau dapat mempublikasikan tulisan di media masa, beliau belajar menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan.
Berikut ini merupakan ranah dan jenis tulisan yang mungkin sudah tak asing bagi Bapak dan Ibu guru hebat.
Berdasarkan kajian salah satu guru menulis saya, Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu:
1. Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia.
2. Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet. Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3. Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk publik. Sifat menentukan untuk siapa tulisan Anda tujukan. Pada sifat pertama Bapak Ibu menulis, tetapi hanya Bapak Ibu sendiri yang membacanya. Sifat 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga Anda perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran.
Yang menjadi pertanyaan adalah menulis di media masa termasuk sifat tulisan yang mana?
Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi, ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka.
Sebelum bicara lebih teknis untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.
Tulisan akan memiliki jiwa saat penulis memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat menulis, luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan ditulis.
Menggagas: Berpikir dan Merencanakan
1. Mengumpulkan bahan referensi
2. Menentuian pembaca sasaran
3. Mengembangkan ide menjadi kerangka
Menyusun draf
1. Menulis bebas
2. Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
3. Memasukkan data dan fakta
4. Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran

Menyunting: Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.
Menerbitkan
Menentukan publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat. Bapak Ibu dapat memilih media daring atau media cetak.
Di luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis. Jauh sebelum tulisan beliau dimuat di rubrik opini dan Hikmah Republika, sejak tahun 2007 beliau konsisten menulis di Republika Online.
Nah ini jadi faktor nonteknis, punya jalinan silaturahim dengan para redaktur di media masa. Kita mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.
Beberapa tulisan beliau yang dimuat di rubrik opini dan hikmah Republika.
Assalamualaikum. Selmat sore bang asep..luar biasa pengalamannya. perkenalkan Andy Muhtadin Beltim-Babel mau tanya. "Bagaimana menyiasati agar waktu menulis dan tema kita sesuai dg waktu kirim/moment yg tepat?"

Wa'alaikumussalam. Selamat sore Pak Andy Muhtadin. Kita harus sensitif dengan momentum yg akan terjadi, misal, 6 hari lagi merupakan momen Hari Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang Pak Ady sudah mulai menyiapkan bahan belanja gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan dan kirimkan tulisannya paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei. Prinsip umum demikian Pak Ady.

Slmt sore pak, apa syarat tulisan opini atau artikel bisa layak cetak di media? Tks...Yulius Roma-Tana Toraja.
Selamat sore Pak Yulius. Syarat paling utama adalah ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak, Pak.


Assalamualikum, bang asep yang luar biasa. Trima kasih telah berbagi ilmu dan pengalaman. Pertanyaan saya bagaimana menyiasati ketidakpercayaan diri atas tulisan yang sudah kita tulis?
terima kasih Fitran ...mataram

Wa'alaikumussalam, Pak Fitran. Bapak coba konsisten menulis dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Nanti jika sudah mulai percaya diri, publikasikan tulisan kita. Jangan takut mendapat kritikan dan masukan dari pembaca terhadap tulisan kita. Karena justru hal tersebut bisa menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan.

Saya bu Beni dr Bojonegoro, ingin bertanya bagaimana mengasah emosi dalam kepenulisan sehingga tulisan kita bisa berkualitas , terima kasih

Wa'alaikumussalam, Bu Beni. Tuliskan sesuatu yang benar-benar pernah dialami oleh diri sendiri. Saya pernah membuat tulisan di rubrik Hikmah Republika saat istri saya wafat. Wah susah memulai kata pertama dan menutup kata terakhir karena saya ada rasa yang hadir menemani saat membuat tulisan, Bu

Assalamualaikum pak asep.  luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat,  Apa saja yg menyebabkan tulisan sering di tolak media masa dan bagaimana cara menulis yg bisa diterima media masa

Tulisan yang pasti ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapka n media. Misal, kita menulis sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum, batas maksimal karakter tak diindahkan oleh kita.

Saya sri Budi Gresik. Wah hebat Pak.selamat ya. Saya mau bertanya bagaimana ciri artikel yang menarik untuk diterbitkan.

Ide tulisan orisinal, aktual dengan situasi kekinian di masyarakat, tata bahasa baik, data dan fakta penunjang gagasan Bu Sri Budi lengkap dan sahih.


Assalamu'alaikum Pak Asep Sapaat... ijinkan untuk bertanya...apakah ada kriteria pembeda antar media cetak untuk bisa menerbitkan suatu tulisan Bapak? matur nuwun penjelasannya...saya Rachmi dari Banyuwangi

Wa'alaikumussalam, Bu Rachmi. Setiap media cetak punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Misal, tulisan Hikmah Republika tak ada di media cetak lain. Rubrik Hikmah khas punya Republika. Jadi, kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik yang ada di setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk menerbitkam tulisan kita.

Asw pak Asep, sy cndra dr MTsN 1 Langkat Sumatera Utara, sangat senang bisa berinteraksi dngn bpk..mmbca CV bpk membuat sy trpncing untuk bs ikut dlm forum virtual lain yg bpk isi... Baik pak, prtnyaan ini terkait dengan problem yg sy hadapi...sy mulai mnulis dr bntuk2 fiksi yg diksiny penuh majaz dan ktika sy mncoba k non fiksi yg ilmiah sy ksulitn...apa solusinya kr2 pak? Trmksh

Wa'alaikumussalam, Pak Candra. Saran saya, Bapak mulai pelajari tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat tulisan bergenre nonfiksi. Ala bisa karena biasa, Pak Candra. Hal paling penting dalam tulisan opini (nonfiksi) adalah tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas.

Assalamualaikum Pak Asep, saya ingin bertanya bagaimana caranya supaya ide yang sudah kita miliki menjadi sebuah judul yang menarik untuk dibuat suatu tulisan, karena kadang terlintas ide tetapi susah sekali mencarikan judul yang tepatnya untuk ide tersebut,   eti haryati -Bogor Jawa Barat

Wa'alaikumussalam, Bu Eti. Ada beberapa pendekatan saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan. Tetapi ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, judul bagian terakhir. Saran saya untuk Bu Eti, menulis dulu, nanti judul diputuskan terakhir. Boleh minta pendapat ke guru menulis Bu Eti atau rekan sejawat terkait pilihan judul dari tulisan yang sudah dibuat Bu Eti.

Terimakasih Pa Asep, sangat memberkati. Pertanyaan saya,  sebagai pemula bagaimana Cara kita mengatasi hambatan yang disebabkan oleh kesulitan dalam mengalirkan gagasan tersebut Pak. Selain kita berlatih terus tentunya.

Hambatan paling mendasar kita sulit mengalirkan gagasan karena gagasan yang mau diungkapkan belum jelas. Persoalan lainnya, kita kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisan kita. Hal lain yang juga kerap terjadi, saat menulis, kita menempatkan diri dalam 2 peran sekaligus sebagai penulis juga editor. Saat menulis, lalu diedit, kita berhenti. Balik lagi ke awal. Terus terjadi seperti itu. Alhasil gagasan kita lewat tulisan tak selesai-selesai. Itu pengalaman pribadi dan masih juga terjadi pada diri saya

Izin bertanya … Apakah artikel-artikel yang saya buat dapat diberikan angka kredit dalam penyusunan DUPAK ke IV.b ?

Saya kurang paham terkait hal ini. Sejauh pemahaman awam saya, tulisan yang dimuat di media masa, makalah yang dimuat dan dipresentasikan di seminar nasional atau internasional, dan makalah yang dimuat di jurnal terakreditasi nasional bisa menyumbangkan angka kredit yang bermanfaat untuk kenaikan pangkat. Saya punya dosen pembimbing yang sangat produktif berkarya tulis, sekali menulis 2 judul makalah untuk satu event seminar nasional. Kalau semua karya tulis didokumentasikan dengan baik, belajar dari kiprah dosen pembimbing saya, beliau naik pangkatnya cepat sekali. Kata kuncinya: konsisten berkarya tulis. Naik pangkat itu bonusnya.

Kesimpulan
Ikatlah makna dengan menulis.



Komentar

  1. https://wijayalabs.wordpress.com/2020/05/03/puasa-ramadhan-hari-kesepuluh-dan-pemenang-lomba-hardiknas-berhadiah-buku-dan-uang-rp-500-000/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ppkn kelas 6 semester 2

AKU KANGEN KAMU SAYANG