MENULIS OPINI DI REPUBLIKA
PENGALAMAN MENULIS
OPINI DAN HIKMAH DI REPUBLIKA

Menulis opini ternyata tidak
hanya menulis pendapat dan merangkai kata. Tetapi , menulis opini bertujuan
menyebarluaskan gagasan dan ilmu pengetahuan. Opini juga berisi riset atau
penguat argumentasi penulis. Biasanya menulis opini itu diutamakan sesuai dengan
bidang yang dikuasai penulisnya sehingga dapat diakui oleh masyarakat
pembacanya.
Seperti jenis tulisan lainnya,
menulis opini tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun untuk menjadi
penulis opini yang kompeten tentu saja harus banyak belajar dan latihan.
Pelatihan menulis diawali dengan
ucapan salam dan perkenalan diri dari
bapak Asep. ”Nama saya Asep Sapa'at, tubuh sehat, jiwa kuat, cita-cita ingin
jadi orang bermanfaat”tulisnya. Beliaupun melanjutkan kalimatnya “Dengan
semangat untuk saling belajar, saya ingin sharing tentang pengalaman menulis di
rubrik opini dan hikmah Republika”.
Pertama, beliau awali dengan
penjelasan tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh
almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai
cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.Setiap
orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan
kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang
disebabkan karena faktor penguasaan bahasa, serta keterampilan menulis. Namun
hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang
paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.
Sebelum beliau dapat mempublikasikan
tulisan di media masa, beliau belajar menulis di buku harian. Menulis di buku
harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan
gagasan.
Berikut ini merupakan ranah dan
jenis tulisan yang mungkin sudah tak asing bagi Bapak dan Ibu guru hebat.
Berdasarkan kajian salah satu
guru menulis saya, Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4
sifat, yaitu:
1. Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan
cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan
ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan
rahasia.
2. Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat
pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan
semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia
internet. Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak
yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3. Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk publik. Sifat
menentukan untuk siapa tulisan Anda tujukan. Pada sifat pertama Bapak Ibu
menulis, tetapi hanya Bapak Ibu sendiri yang membacanya. Sifat 2, 3, dan 4
adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga Anda perlu menimbang tujuan
penulisan dan pembaca sasaran.
Yang menjadi pertanyaan adalah
menulis di media masa termasuk sifat tulisan yang mana?
Opini merupakan jenis tulisan
nonfiksi, ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka.
Sebelum bicara lebih teknis untuk
membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan
kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang
harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.
Tulisan akan memiliki jiwa saat
penulis memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat
menulis, luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi
pengalaman hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang
tepat, dan tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang
akan ditulis.
Menggagas: Berpikir dan Merencanakan
1. Mengumpulkan bahan referensi
2. Menentuian pembaca sasaran
3. Mengembangkan ide menjadi
kerangka
Menyusun draf
1. Menulis bebas
2. Memasukkan bahan yang relevan
dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan
pengetahuan yang dimiliki
3. Memasukkan data dan fakta
4. Mengembangkan gaya penulisan
yang tepat sesuai pembaca sasaran
Menyunting: Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki tulisan dari aspek
tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan
elementer.
Menerbitkan
Menentukan publikasi tulisan pada
media yang tepat serta pembaca yang tepat. Bapak Ibu dapat memilih media daring
atau media cetak.
Di luar teknis menulis yang
disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang
menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga
tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis. Jauh sebelum tulisan
beliau dimuat di rubrik opini dan Hikmah Republika, sejak tahun 2007 beliau
konsisten menulis di Republika Online.
Nah ini jadi faktor nonteknis,
punya jalinan silaturahim dengan para redaktur di media masa. Kita mendapatkan
informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan
potensial dimuat di media cetak.
Beberapa tulisan beliau yang
dimuat di rubrik opini dan hikmah Republika.
Assalamualaikum. Selmat sore bang asep..luar biasa
pengalamannya. perkenalkan Andy Muhtadin Beltim-Babel mau tanya. "Bagaimana
menyiasati agar waktu menulis dan tema kita sesuai dg waktu kirim/moment yg
tepat?"
Wa'alaikumussalam. Selamat sore Pak Andy Muhtadin.
Kita harus sensitif dengan momentum yg akan terjadi, misal, 6 hari lagi
merupakan momen Hari Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang Pak Ady sudah
mulai menyiapkan bahan belanja gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan
tuliskan dan kirimkan tulisannya paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei.
Prinsip umum demikian Pak Ady.
Slmt sore pak, apa syarat tulisan opini atau
artikel bisa layak cetak di media? Tks...Yulius Roma-Tana Toraja.
Selamat sore Pak Yulius. Syarat paling utama adalah
ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa
baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak, Pak.
Assalamualikum, bang asep yang luar biasa. Trima
kasih telah berbagi ilmu dan pengalaman. Pertanyaan saya bagaimana menyiasati
ketidakpercayaan diri atas tulisan yang sudah kita tulis?
terima kasih Fitran ...mataram
Wa'alaikumussalam, Pak Fitran. Bapak coba konsisten
menulis dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Nanti
jika sudah mulai percaya diri, publikasikan tulisan kita. Jangan takut mendapat
kritikan dan masukan dari pembaca terhadap tulisan kita. Karena justru hal
tersebut bisa menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan.
Saya bu Beni dr Bojonegoro, ingin bertanya
bagaimana mengasah emosi dalam kepenulisan sehingga tulisan kita bisa
berkualitas , terima kasih
Wa'alaikumussalam, Bu Beni. Tuliskan sesuatu yang
benar-benar pernah dialami oleh diri sendiri. Saya pernah membuat tulisan di
rubrik Hikmah Republika saat istri saya wafat. Wah susah memulai kata pertama
dan menutup kata terakhir karena saya ada rasa yang hadir menemani saat membuat
tulisan, Bu
Assalamualaikum pak asep. luar teknis menulis yang disampaikan di atas,
faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan
tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, Apa saja yg menyebabkan tulisan sering di
tolak media masa dan bagaimana cara menulis yg bisa diterima media masa
Tulisan yang pasti ditolak media adalah yang tidak
mengikuti kaidah yang sudah ditetapka n media. Misal, kita menulis sesuatu yang
bersifat SARA, gagasan terlalu umum, batas maksimal karakter tak diindahkan
oleh kita.
Saya sri Budi Gresik. Wah hebat Pak.selamat ya. Saya
mau bertanya bagaimana ciri artikel yang menarik untuk diterbitkan.
Ide tulisan orisinal, aktual dengan situasi
kekinian di masyarakat, tata bahasa baik, data dan fakta penunjang gagasan Bu
Sri Budi lengkap dan sahih.
Assalamu'alaikum Pak Asep Sapaat... ijinkan untuk
bertanya...apakah ada kriteria pembeda antar media cetak untuk bisa menerbitkan
suatu tulisan Bapak? matur nuwun penjelasannya...saya Rachmi dari Banyuwangi
Wa'alaikumussalam, Bu Rachmi. Setiap media cetak
punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Misal,
tulisan Hikmah Republika tak ada di media cetak lain. Rubrik Hikmah khas punya
Republika. Jadi, kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik yang ada di
setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk menerbitkam
tulisan kita.
Asw pak Asep, sy cndra dr MTsN 1 Langkat Sumatera
Utara, sangat senang bisa berinteraksi dngn bpk..mmbca CV bpk membuat sy
trpncing untuk bs ikut dlm forum virtual lain yg bpk isi... Baik pak, prtnyaan
ini terkait dengan problem yg sy hadapi...sy mulai mnulis dr bntuk2 fiksi yg
diksiny penuh majaz dan ktika sy mncoba k non fiksi yg ilmiah sy ksulitn...apa
solusinya kr2 pak? Trmksh
Wa'alaikumussalam, Pak Candra. Saran saya, Bapak
mulai pelajari tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat
tulisan bergenre nonfiksi. Ala bisa karena biasa, Pak Candra. Hal paling
penting dalam tulisan opini (nonfiksi) adalah tata bahasa baku dan pemilihan
diksi yang bermakna lugas.
Assalamualaikum Pak Asep, saya ingin bertanya
bagaimana caranya supaya ide yang sudah kita miliki menjadi sebuah judul yang
menarik untuk dibuat suatu tulisan, karena kadang terlintas ide tetapi susah
sekali mencarikan judul yang tepatnya untuk ide tersebut, eti haryati -Bogor Jawa Barat
Wa'alaikumussalam, Bu Eti. Ada beberapa pendekatan
saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan. Tetapi
ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, judul
bagian terakhir. Saran saya untuk Bu Eti, menulis dulu, nanti judul diputuskan
terakhir. Boleh minta pendapat ke guru menulis Bu Eti atau rekan sejawat
terkait pilihan judul dari tulisan yang sudah dibuat Bu Eti.
Terimakasih Pa Asep, sangat memberkati. Pertanyaan
saya, sebagai pemula bagaimana Cara kita
mengatasi hambatan yang disebabkan oleh kesulitan dalam mengalirkan gagasan
tersebut Pak. Selain kita berlatih terus tentunya.
Hambatan paling mendasar kita sulit mengalirkan
gagasan karena gagasan yang mau diungkapkan belum jelas. Persoalan lainnya,
kita kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisan kita. Hal lain yang
juga kerap terjadi, saat menulis, kita menempatkan diri dalam 2 peran sekaligus
sebagai penulis juga editor. Saat menulis, lalu diedit, kita berhenti. Balik
lagi ke awal. Terus terjadi seperti itu. Alhasil gagasan kita lewat tulisan tak
selesai-selesai. Itu pengalaman pribadi dan masih juga terjadi pada diri saya
Izin bertanya … Apakah artikel-artikel yang saya
buat dapat diberikan angka kredit dalam penyusunan DUPAK ke IV.b ?
Saya kurang paham terkait hal ini. Sejauh pemahaman
awam saya, tulisan yang dimuat di media masa, makalah yang dimuat dan
dipresentasikan di seminar nasional atau internasional, dan makalah yang dimuat
di jurnal terakreditasi nasional bisa menyumbangkan angka kredit yang
bermanfaat untuk kenaikan pangkat. Saya punya dosen pembimbing yang sangat
produktif berkarya tulis, sekali menulis 2 judul makalah untuk satu event
seminar nasional. Kalau semua karya tulis didokumentasikan dengan baik, belajar
dari kiprah dosen pembimbing saya, beliau naik pangkatnya cepat sekali. Kata
kuncinya: konsisten berkarya tulis. Naik pangkat itu bonusnya.
Kesimpulan
Ikatlah makna dengan menulis.
https://wijayalabs.wordpress.com/2020/05/03/puasa-ramadhan-hari-kesepuluh-dan-pemenang-lomba-hardiknas-berhadiah-buku-dan-uang-rp-500-000/
BalasHapus