BUKU ADALAH BUKTI SEJARAH
BUKU ADALAH BUKTI SEJARAH
Nara Sumber : Emi
Sudarwati
Resume ke-13
Sabtu, 28 Maret 2020
Oleh : Fauziah

“Malam
ini kita akan mulai dengan materi baru” sapaan Om Jay mengawali pelatihan
menulis di Group WA. Malam ini yang menjadi nara sumber adalah ibu Emi
Sudarwati. Beliau adalah pemenang pertama lomba INOBEL 2016 bidang sorak
kemdikbud. Bukunya sangat banyak sekali dan malam ini akan berbagi
pengalamannya kepada kita semua” lanjut Om Jay
“Selamat
malam Bapak/Ibu Guru hebat dari seluruh tanah air. Perkenalkan, nama saya Emi
Sudarwati. Guru Bahasa Jawa SMPN 1 Baureno Bojonegoro, Jawa
Timur. Pegiat Literasi Guru dan Siswa Indonesia. Lebih dari 450 buku ber-ISBN ada nama saya di dalamnya,” ibu Emi
memperkenalkan diri. Ibu Emi sang penulis melanjutkan cerita tentang kisah hidupnya:
Pada
tahun 2013. Penulis bergabung dengan
sebuah kelompok penulis di Bojonegoro.
Namanya PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro). Di sana penulis banyak berjumpa dan
berkenalan dengan penulis-penulis senior.
Seperti : JFX. Hoery (Padangan-Bojonegoro), Sunaryata Soemardjo (Ngimbang-Lamongan), Nono
Warnono (Gajah Indah-Bojonegoro), Gampang Prawoto (Sumberrejo-Bojonegoro), Sri
Setyo Rahayu (Surabaya), almarhum Anas AG (Pemred Radar Bojonegoro-waktu itu), dan masih banyak
lagi yang lainnya.
Dari
orang-orang hebat di dunia tulis-menulis itu, akhirnya penulis mendapatkan
pencerahan. Bahwa karya siswa yang sudah
terkumpul bisa diterbitkan dengan ISBN (Internsional Standart Book Nomber).
Pada
awal tahun 2014 ini terbitlah Kumpulan Cerkak karya Emi Sudarwati dan Siswa
SMPN 1 Baureno dengan judul buku LUNG.
Pada
penghujung tahun 2014. Kembali bekerja
sama dengan PSJB, penulis menerbitkan buku karya Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1
Baureno. Tidak berhenti sampai di situ. Karya-karya ini juga mendapat sambutan baik
dari kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, bahkan bupati Bojonegoro saat
itu.
Sampai-sampai
penulis dan siswa didatangi oleh salah satu wartawan radar Bojonegoro untuk
wawancara. Alhasil, besuknya tayang di
surat kabar harian radar Bojonegoro yang sangat terkenal itu. Dari sana,
semua penasaran dengan buku karya siswa tersebut. Sehingga Toko Buku Nusantara Bojonegoro banyak
diserbu pembeli buku. Semua ingin
membaca dan belajar menulis, serta menerbitkan buku.
Buku
karya Emi Sudarwati dan siswa SMPN 1 Baureno
menjadi inspirasi bagi banyak sekolah.
Bukan hanya di Bojonegoro, namun juga di Kabupaten lain. Sehingga sering diwawancara wartawan berbagai
media, baik cetak maupun on line. Akhirnya bisa tampil di berbagai media tanpa
harus membayar sepeserpun.
Pada
tahun 2015 ini, penulis ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat
nasional. Awalnya ada rasa tidak percaya
diri. Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto
selaku kepala sekolah waktu itu tidak henti memberikan semangat dan motivasi. Akhirnya penulis mengirimkan karya inovasi,
meskipun dengan setengah hati.
Namun
tidak disangka, ternyata dapat panggilan sebagai finalis inobelnas. Bersama 102 guru dari seluruh Indonesia,
penulis diundang ke Jakarta untuk presentasi.
Ternyata bukan hanya presentasi, tetapi ada ujian tulis juga. Seusai lomba, seluruh finalis diajak
berwisata di Dufan. Meskipun belum
mendapat juara, namun penulis sudah cukup bangga, bisa belajar bersama
guru-guru hebat dari seluruh tanah air.
Di
samping itu, penulis juga mendapat rekomemdasi dari PSJB untuk mengikuti
sayembara di BBJT. PSJB adalah
kepanjangan dari Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro. Sedangkan BBJT kepanjangan dari Balai Bahasa
Jawa Timur. Lembaga tersebut, setiap
tahun mengadakan sayembara, yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra
Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.
Puji
sukur, penulis mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi. Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan
beberapa buku karya sastra siswa. Semua
itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih
berinovasi lagi. Dengan status baru ini,
penulis merasa memiliki tanggung jawab moral, agar lebih giat menularkan virus
literasi di manapun juga. Bukan hanya
untuk siswa, namun juga untuk sesama guru.
Bukan hanya di Bojonegoro saja, tetapi sampai ke luar daerah.
Pada
tahin 2016, penulis ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat
Kabupaten Bojonegoro. Sebenarnya saat
itu sudah untuk yang ke dua kalinya.
Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya penulis
ditugaskan lagi. Ternyata tidak
sia-sia. Karena bisa menduduki juara ke
tiga dari tiga puluhan peserta.
Pada
tahun yang sama, penulis kembali mengirimkan karya inobel. Kali ini bukan atas inisiatif bapak kepala sekolah, tetapi keinginan
penulis sendiri. Karena pengalaman tahun
2015 lalu begitu menginspirasi. Kali ini
bukan karya baru. Namun karya lama yang
diedit, dengan tambahan sesuai yang diberikan oleh dewan juri. Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori
SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak
lama seusai lomba, penulis mendapat panggilan untuk short Course di Negeri
Belanda. Belajar sistem pendidikan di
negri kaum penjajah yang super maju itu.
Berkunjung ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden. Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik,
yaitu Van Der Capellen dan lain-lain.
Bukan hanya itu, semua peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri
Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia.
Sepulang
dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota
Bali.
Lagi-lagi,
di samping belajar juga bisa berwisata keliling kota terindah di negeri
ini. Kali ini, semua peserta mendapat
materi merubah naskah inobel menjadi jurnal.
Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan dimuat dalam
jurnal berkelas nasional. Nama jurnalnya
adalah DEDAKTIKA.
TAHUN
2017
Tidak
berhenti sampai di situ. Beberapa bulan
berikutnya. Penulis diundang untuk
mengikuti workshop Literasi di Kota Batam.
Tidak ingin melewatkan kesempatan, beberapa peserta menyempatkan mampir
ke negara tetangga, yaitu Singapura.
Sehari di kota lion, melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug
Singapura.
Bukan
aji mumpung atau apa, hanya tidak ingin melewatkan kesempatan baik. Kapan lagi seorang guru bisa jalan-jalan ke
Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik tersebut.
Kebetulan juga bertepatan dengan liburan
sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di
sekolah.
Paska
menyandang predikat juara I inobelnas, penulis belum boleh lagi mengikuti lomba
yang sama. Tentu dalam waktu yang belum
bisa diprediksi. Oleh karena itu,
penulis tidak ingin kesepian. Lalu
mengajak teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu
buku. Penulis menyebutnya dengan istilah
Patungan Buku Inspiratif.
Bukan
hanya karya yang bersifat ilmiah. Namun
dalam grup tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif, berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi,
kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.
Dalam
perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku
patungan. Namun saat ini lebih banyak
menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa
Indonesia).
TAHUN
2018
Ratusan
buku lahir dari group Patungan Buku Guru Inspiratif. Karena sejak tahun 2018 ini lebih banyak
menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama group dirubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif
(PBI). Beberapa undangan dari
daerah-daerah lain mulai berdatangan.
Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta
dan lain-lain.
Akhirnya
penulis berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada Hari
Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang
di Bojonegoro sendiri, penulis aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar
Guru (PBG). Setiap saat harus siap
menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan. Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru. Tempatnya bisa di PBG pusat atau di PBG
kecamatan.
Selain
di PBG, juga penulis juga aktif di PGRI.
Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan pelatihan meulis buku. Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih
inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis.
Menghimbau
agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke media. Jangan berharap sekali kirim pasti tayang
atau dimuat. Namun harus bersabar,
terus-menerus mengirim naskah. Lama
kelamaan pasti dimuat juga.
Bukan
karena penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman menulis itu sangat
diperlukan. Dengan terus-menerus
mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula. Dari proses tersebut kita belajar. Belajar meminimalisir kesalahan.
TAHUN
2019
Penulis
mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku. Karya ini ditulis berdua dengan suami. Semoga dengan lahirnya buku tersebut, ikatan
pernikahan penulis dengan suami semakin bahagia.
Selanjutnya,
di tahun yang sama. Penulis ingin
menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan. Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa,
yaitu pengalaman selama haji dan umrah.
Sedangkan buku tunggal yang ke dua adalah ini, Menulis dan menerbitkan Buku sampai Keliling
Nusantara dan Dunia. Alhamdulilah impian
ini bisa menjadi nyata.
Adapun
untuk patungan, seperti biasa saja.
Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Patungan
Buku Inspiratif. Juga menulis bersama
penerbit Pustaka Ilalang.
Tahun
1997 penulis pernah punya mimpi. Ingin melihat 30.000 naskah Jawa yang katanya
tersimpan di Museum Leiden-Belanda.Alhamdulillah mimpinya terwujud pada tahun
2016. Bahkan ketika penulis sudah mulai
melupakan mimpi itu.
Itulah
cerita tentang perjalanan hidup bu Emi sebagai penulis.
Ada
peserta yang bertanya,”Apakah harus menggunakan kata "penulis" atau
"saya", dalam menulis sebuah artikel atau karya ?
“Untuk
menulis fiksi biasa digunakan kata saya atau aku. Tapi untuk menulis ilmiah menggunakan kata penulis. Maaf... Itu yang
saya tahu. Misalkan menulis novel, gunakan kata aku atau saya. Tapi harus konsisten. Sejak awal sampai akhir. Kalau sudah menggunakan aku ya aku. Kalau saya ya saya terus.Sedangkan untuk
menulis esai, PTK, karya inovatif, skripsi dll gunakan kata penulis,” Jawab bu
Emi
Peserta
lainpun bertanya,”Pengen bisa menulis buku. Tapi belum Percaya diri dan ingin
memulai dari mana atau kata lain sistematika yg baku. Kira2 bisa tidak kita
mencontoh sistematika atau urutan penulisan buku org lain ?”
“Hanya
ada 1 cara, banyak baca.” Tegas Bu Emi
Ok
bu. Apa boleh di buku yang kita tulis semuanya orisinal atau asli kalimat kita
sendri ya Bu ? Kata lain tidak ambil referensi dari buku lain
“Bagaimana
cara memulainya atau mengarahkan siswa untuk menulis? Apa kita membuatkan
kerangka atau bagimana?” tanya peserta
“Kalau
cara saya. Sebelum pembelajaran
anak-anak baca buku. Atau bisa 1 anak
baca buku di depan, yang lain mendengarkan.
Kemudian semua mebuat ringkasan isi cerita tersebut. Lalu saya tunjuk secara acak beberapa siswa
membacakan ringkasannya. Lama-lama anak
akan memahami struktur cerita. Baru kita arahkan untuk menulis” jelas bu Emi
.
“Apa
kesulitan yg ibu alami selama menulis dan menerbitkan buku?” tanya Om Jay
Bu
Emi menjawab,”Saya tidak pernah merasa ada kesulitan. Dinikmati saja. Mengalir seperti air”.
Pak
brian:” Bu bagaimana cara publikasi bahwa sekolah siswanya sudah menulis buku.Seperti
yang terjadi di sekolah ibu, sampai bisa diliput wartawan?”Apakah diawali
dengan memberitahu ke dinas pendidikan ?”
Bu
Emi :”Saya unggah di FB dan media sosial lainnya. Di situ pasti banyak yang lihat. Salah satunya pejabat atau wartawan”.
Kesimpulan
Buku
adalah bukti sejarah. Merupakan catatan
bahwa kita pernah hidup di dunia ini.
Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan
menjadi sebuah buku. Setiap karya pasti
akan menemukan takdirnya sendiri. Semoga
buku sederhana ini mengispirasi banyak orang. Nuwun nuwun rahayu.
Wassalamu'alaikum wr wb
Komentar
Posting Komentar